Selasa, 16 Januari 2018

Wisata Makam Sunan Drajat

  Haiii guys putri balik lagi nih... Kali ini aku akan mengenalkan wisata Makam Sunan Drajat. Mulai dari kompleks bangunan makam, kisah Sunan Drajat menyebarkan agama, filosofi ajaran Sunan Drajat, jalan menuju makam.

  Sunan Drajat adalah salah seorang putra Sunan Ampel dari perkawinannya dengan Nyi Ageng Manila atau dikenal juga dengan Dewi Condrowati, yang lahir pada tahun 1470 Masehi.
Makam Sunan yang bernama asli Raden Qosim ini berada di desa Drajat, kecamatan Paciran, Lamongan. Berada sekitar 1 km sebelah selatan pertigaan Drajat di Pantura (Pantai Utara) Lamongan, atau sekitar 29 km sebelah utara pertigaan Sukodadi.
Saat memasuki kompleks makam Sunan Drajat, kita akan disambut dengan bangunan yang sebagian besar terbuat dari kayu dan batuan yang tersusun tanpa semen. Bangunan ini memang menjadi ciri khas makam yang dipugar tahun 1992 tersbut. Berbeda dengan kompleks makam Sunan Ampel di Surabaya dan Sunan Bonang di Tuban yang merupakan ayah dan saudara kandung Sunan Drajat.
   Kompleks makam dua sunan tersebut tampak lebih modern. Pepohonan yang rindang menjadi peneduh di kompleks makam ini. Cukup membuat sejuk, mengingat daerah Drajat yang termasuk pesisir mempunyai cuaca yang panas. Dari gerbang masuk, kita akan melewati jalan setapak menuju ke makam Sunan Drajat. Di kiri kanan jalan setapak ini kita bisa melihat banyak makam lain dan di antara pepohonan. Setelah melewati jalan setapak kita harus melewati tangga, tangga ini diapit oleh gapura berbentuk paduraksa, namun gapuranya sudah rusak akibat gempa bumi yang terjadi pada tahun 1950. Setelah melewati gapura paduraksa ini, peziarah lanjut mendaki lagi dengan menaiki 3 undakan (anak tangga). Pada halaman ini terdapat bangunan berbentuk pendopo joglo yang tinggi dan luas di mana di tengah-tengahnya terdapat bangunan makam Sunan Drajat berbentuk cungkup yang beratap sirap dengan hiasan memolo atau mustaka di puncaknya.
   Secara arsitektural, bentuk bangunan makam Sunan Drajat dibagi menjadi dua bagian, yaitu cungkup utama dan sitihinggil. Di dalam bangunan cungkup terdapat ruangan, yaitu ruang dalam tempat makam Sunan Drajat dan isterinya, dan ruang langkan yang berfungsi sebagai tempat berdoa para peziarah.
Jadi, cungkup yang merupakan bangunan utama makam Sunan Drajat ini terletak pada halaman paling belakang sebagai bangunan tersakral. Denah ini mengadopsi sistem punden berundak hasil akulturasi dari kepercayaan masyarakat sebelumnya, yaitu Hindu dan Buddha, di mana tempat yang paling tinggi merupakan tempat tersakral.
Setelah rangkaian nyekar Sunan Drajat paripurna, peziarah bisa menuju ke arah timut cungkup. Di situ ada replika surau yang didirikan oleh Sunan Drajat dan santrinya di lokasi asal surau tersebut. Di sebelah utara surau, terdapat sumur yang konon dibuat oleh Sunan Drajat. Di sekitaran surau dan sumur ini, udara terasa sejuk sekali karena adanya pohon beringin besar nan rindang.
Sambil menuju pintu keluar makam, peziarah akan melewati sebuah museum. Museum tersebut bernama Museum Khusus sunan Drajat. Peziarah bisa masuk ke dalam museum tersebut secara gratis, tapi bila tidak berkenan, peziarah bisa langsung keluar dari kompleks makam Sunan Drajat karena pintu keluarnya kebetulan berada di depan museum tersebut.
Pada pintu keluar ini, peziarah akan menuruni tangga yang kemudian terhubungan dengan halaman parkir yang sangat luas. Di antara undakan dengan halaman parkir tersebut, terdapat beberapa kios cindera mata maupun warung makan yang telah disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan.
   Wisata Ziarah Makam Sunan Drajat Lamongan , bisa dibilang sebuah wisata religi , yang lengkap akan fasilitas dan pelayanan di antaranya musholla, tempat parkir, tempat makan, area parkir yang luas, dan sebagainya. Makam Sunan Drajat ini di buka setiap hari 24 jam, namun untuk museumnya hanya buka pagi hingga menjelang petang. Makam ini jarang terlihat sepi oleh pengunjung, dan akan sangat ramai di hari-hari besar islam seperti di bulan Rajab atau Romadhon.Setelah selesai berkunjung, sepanjang jalan keluar dari makam, kita akan melewati pedagang-pedagang yang menjual aneka oleh-oleh baik berupa makanan atau pakaian seperti di kebanyakan makam Walisongo lainnya. Untuk masuk ke dalam makam sebenarnya tidak dikenakan biaya alias gratis.
   Sunan Drajat menyiarkan agama Islam lewat tembang-tembang macapat yang berbentuk pangkur. Masyarakat yang dulunya memiliki kepercayaan animisme-dinamisme ‘tersihir’ dengan nada-nada pangkur yang berisi kandungan Al-Qur’an yang dibawakan olehnya.
Sunan Drajat juga dikenal dengan tutur katanya yang menyejukkan. Oleh karena itu, ia mendapat julukan Sunan Mayang Madu dari Raden Patah, sultan Kerajaan Demak. “Mayang berati kembang (bunga)  dan madu berarti mengobati. Ini sebagai ungkapan yang menggambarkan setiap tutur beliau yang menyejukkan,” ucap Pak Edi, juru kunci makam Sunan Drajat.
Sunan Drajat menggunakan media gamelan untuk iringan tembang mocopatnya. Dan gamelan-gamelan tersebut masih tersimpan di dalam museum yang letaknya di sebelah timur makam. Selain gamelan, di dalam museum juga terdapat kitab-kitab yang dulunya milik Sunan Drajat, juga keramik dalam bentuk piring, mangkuk, sendok, dan lain-lain. Selain barang tersebut, masih banyak peninggalan Sunan Drajat lainnya di museum ini.Di sepanjang jalan menuju ke makam ini juga kita akan menaiki beberapa anak tangga.
   Di setiap tingkatan anak tangga tersebut, kita akan menemui tulisan satu demi satu dari tujuh filosofi ajaran Sunan Drajat dalam menyebarkan Islam.
Ketujuh filosofi itu adalah:

*Memangun resep tyasing sasomo (Kita harus selalu membuat senag hati orang lain).
*Jroning suka kudu eling lan waspada (Dalam suasana riang, kita harus ingat dan waspada).
*Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah (Dalam perjalanan mencapai cita-cita luhur, kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan).
*Meper hardaning pancadriya (Kita harus selalu menekan gelora hawa nafsu).
*Heneng-hening-henung (Dalam keadaan diam, kita akan memperoleh keheningan dan dalam hening itulah kita akan mencapai cita-cita luhur).
*Mulya guna panca waktu (Suatu kebahagiaan lahir batin akan kita capai dengan sholat lima waktu).
*Menehana teken marang wong kang wuta, Menehana mangan marang wong kang luwe, Menehana busana marang wong kang weda, *Menehana ngiyop marang wong kang kodanan.
   Rute perjalanan ke makam sunan drajat dari Jl kedondong, perban, kec Tuban kabupaten Jawa Timur ke arah selatan di Jl wahidin Sudiro husodo belok kiri ke Jl masjid Al falah. Selanjutnya belok kiri ke Jl kragan-rembang di bundaran ambil jalan keluar ke 2 menuju Jl Tuban-Gresik, belok kanan ke Jl RE-Martahinata. Kemudian terus lurus ke Jl Tuban-Gresik sejauh 22,6 km, terus ke Jl raya paciran. Selanjutnya terus ke Jl Tuban-Gresik belok kanan ke Jl raya dagan sejauh 0,8 km kemudian belok kanan dan belok kiri. Tujuan sudah sampai di Jl sunan drajat paciran, kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
   Aku ke Makam Sunan Drajat bersama orangtuaku kami berangkat dengan naik bis bersama dengan rombongan. Kami berangkat pukul 16.00. Pada saat itu tujuan kami bukan hanya di Makam Sunan Drajat saja. Kami sampai di makam pukul 08.30 siang hari minggu. Setelah kami memakirkan bis kami berjalan kaki menuju makam. Pada saat itu cuaca sangat panas sekali, setelah berjalan kaki yang lumayan jauh kami sampai di area makam. Disana banyak sekali penjual yang menjajakan aneka oleh oleh seperti dodol, gantungan kunci, tasbih, kopyah, mukena, dll. Kami memasuki makam tanpa dipungut biaya. Sebelum ke makam kami berwudhu terlebih dahulu kemudian menuju makam. Setelah selesai berdo'a dan tahlil kami keluar dari area makam. Dan tidak lupa kami membeli oleh oleh dan berfoto. 

   Sekian yaa guys ulasa ku tentang makam sunan drajat..tungguin blog ku selanjutnya ya.
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar